Wahai anakku, sesungguhnya kamu disisiku bagaikan anak disisi ayahnya. Aku akan bahagia jika melihatmu berbadan sehat, berpikiran cerdas, berhati suci, berakhlak mulia, menjaga sopan santun, menjauhi perkataan kotor, ramah dalam bergaul, menyayangi sesama teman, suka membantu orang-orang miskin, belas kasih kepada orang-orang lemah, suka memaafkan kesalahan dan memaklumi kekeliruan orang lain, tidak meninggalkan shalat dan tidak teledor dalam menjalankan ibadah kepada Tuhan.
Wahai anakku, apabila kamu mau menerima nasehat seseorang, maka akulah orang yang berhak engkau terima nasehatnya. Aku adalah gurumu, pengajarmu dan pendidikmu. Kamu tidak akan menemukan seorangpun yang lebih mengharapkan kemanfaatan dan kebaikan dirimu kecuali aku.
Wahai anakku, sesungguhnya aku adalah seorang penasehat yang patut kamu percaya. Karena itu, terimalah nasehat-nasehat yang kusampaikan kepadamu dan amalkanlah, baik ketika dihadapanku, teman-temanmu atau sendirian. Bila kamu tidak mengamalkan nasehat-nasehatku ketika kamu sendirian, maka kecil kemungkinannya kamu dapat mengamalkannya di kala kamu bersama teman-temanmu.
Wahai anakku, apabila kamu tidak mau menjadikan aku sebagai panutan, maka siapakan yang akan kamu ikuti ? dan untuk apa kamu memaksa dirimu berguru duduk dihadapanku ? Sesungguhnya seorang guru tidak menginginkan murid-muridnya, kecuali menjadi orang yang shaleh, berbudi baik dan dapat mewujudkan cita-citamu. Senangkah kamu bila gurumu dan pendidikmu tidak menyukaimu dan tidak mengharapkanmu menjadi orang yang baik dan berguna ?
Wahai anakku, sesungguhnya aku menginginkanmu menjadi baik. Karena itu bantulah aku menyampaikan kebaikan kepadamu dengan cara mentaati dan mengikuti nasehatku untuk berakhlak mulia. Akhlak yang mulia, wahai anakku, adalah hiasan bagi manusia, saat ketika seorang diri, bersama-sama teman, keluarga atau sanak kerabatnya. Oleh karena itu, jadilah kamu seorang yang berbudi baik, tentu orang-orang akan menghormatimu dan mencintaimu.
Wahai anakku, bila kamu tidak menghias ilmu dengan akhlak yang mulia, maka ilmumu, kepandaian dan kecerdasanmu itu akan lebih membahayakanmu daripada kebodohanmu. Sebab orang yang bodoh bisa dimaafkan karena kebodohannya. Tetapi bagi orang yang berilmu tidak akan dimaafkan oleh orang banyak, jika tidak menghiasi diri dengan budi pekerti yang baik.
Wahai anakku, janganlah kamu menggantungkan pada pengawasanku kepadamu. Karena mawas diri itu lebih baik dan lebih bermanfaat bagimu daripada pengawasanku kepadamu. Semoga Allah memberimu petunjuk dan membimbingmu pada amal kebajikan.
Wahai anakku, Rasulullah saw. bersabda, sesungguhnya Allah telah memilih agama ini untuk diriNya dan tidak ada sesuatu yang membuat pantas agama ini kecuali sikap murah hati dan budi pekerti yang baik. Karena itu hiasilah agama ini dengan sikap murah hati dan budi pekerti yang baik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar