Senin, 02 Agustus 2010

Nasruddin Hodja: Dunia Tertawa Bersama Sang Sufi

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Namanya sudah begitu melegenda. Tak hanya di tanah kelahirannya, Turki, sufi yang terkenal karena lelucon dan anekdotnya ini juga kondang di daratan Asia Tengah, Eropa Timur, bahkan hingga Cina.

Lelucon atau anekdotnya masih banyak ditampilkan di banyak film, buku, atau pun cerita hingga sampai sekarang. Bahkan, UNICEF pun sudah mengakui kebesaran dirinya sehingga pernah membuat tahun khusus bagi sang sufi. Lahir di Desa Hortu Sivrihisar, Eskisehir pada abad ke 13, mungkin pada 1209 masehi, awalnya ia tinggal di Anatolia, sebelum akhirnya menetap di Konya.

Dia hidup di masa kekhalifahan Islam hingga penaklukkan Bangsa Mongol di masa Dinasti Timur Lenk. Sejak muda, ia memang sudah dikenal bijak, tapi suka membuat ulah dan konyol sehingga mengundang tawa. Dia juga pandai menarik perhatian teman-temannya sehingga sering lalai mengikuti pelajaran di sekolah. Sewaktu di sekolah, gurunya pernah bernubuwat, ''Kelak, ketika engkau sudah dewasa, engkau akan menjadi orang yang bijak. Tetapi, sebijak apa pun kata-katamu, orang-orang akan menertawaimu.''

Kisah Nasruddin sudah seperti cerita Abu Nawas yang terkenal melintasi batas negara dan waktu. Cerita mengenai Nasrudin bahkan seakan telah berubah menjadi cerita rakyat yang tak jarang disesuaikan dengan konteks lokal. Tak heran bila dia banyak mendapatkan sebutan di negara yang berbeda seperti Hodja, Mullah, atau Effendi

Cerita Nasrudin sering muncul sebagai karakter 'aneh' mulai dari Albania, Arab, Armenia, Azerbaijan , Bengali, Bosnia, Bulgaria, Yunani, Cina, Rusia, India, Persia, Rumania, Serbia, sampai Italia. Dia juga sangat populer di Yunani karena kebijaksanaan dan keputusannya saat menjadi kadi atau hakim. Untuk mengenang kebesarannya, di tanah kelahirannya, setiap tahun digelar 'International Nasreddin Hodja Festival' antara 5-10 Juli.

Berikut tiga buah cerita mengenai dirinya:

Mimpi religius

Nasrudin sedang dalam perjalanan dengan seorang pastur dan yogi. Pada hari kesekian, bekal mereka habis dan tinggal sepotong kecil roti. Masing-masing merasa berhak memakan roti itu. Setelah debat seru, akhirnya mereka bersepakat memberikan roti itu kepada yang malam itu memperoleh mimpi paling relijius. Maka tidurlah mereka.

Pagi harinya, saat bangun, pastur bercerita: "Aku bermimpi melihat kristus membuat tanda salib. Itu adalah tanda yang istimewa sekali."

Yogi menukas, "Itu memang istimewa. Tapi aku bermimpi melakukan perjalanan ke nirwana, dan menemui tempat paling damai."

Kemudian Nasrudin berkata, "Aku bermimpi sedang kelaparan di tengah gurun, dan tampak bayangan nabi Khidir bersabda 'Kalau engkau lapar, makanlah roti itu.' Jadi aku langsung bangun dan memakan roti itu saat itu juga."


Bersembunyi

Suatu malam seorang pencuri memasuki rumah Nasrudin. Kabetulan Nasrudin melihatnya. Karena ia sedang sendirian saja, Nasrudin cepat-cepat bersembunyi di dalam peti. Sementara itu pencuri memulai aksi menggerayangi rumah.

Sekian lama kemudian, pencuri belum menemukan sesuatu yang berharga. Hingga akhirnya ia membuka peti besar, dan memergoki Nasrudin yang bersembunyi. "Aha!" kata si pencuri, "Apa yang sedang kau lakukan di sini?"

"Aku malu, karena aku tidak memiliki apa-apa yang bisa kau ambil. Itulah sebabnya aku bersembunyi di sini."


Keledai membaca

Timur Lenk menghadiahi Nasrudin seekor keledai. Nasrudin menerimanya dengan senang hati. Tetapi Timur Lenk meminta, "Ajari keledai itu membaca. Dalam dua minggu, datanglah kembali ke mari, dan kita lihat hasilnya."

Nasrudin berlalu, dan dua minggu kemudian ia kembali ke istana. Tanpa banyak bicara, Timur Lenk menunjuk ke sebuah buku besar. Nasrudin menggiring keledainya ke buku itu, dan membuka sampulnya.

Si keledai menatap buku itu, dan tak lama mulai membalik halamannya dengan lidahnya. Terus menerus, dibaliknya setiap halaman sampai ke halaman akhir. Setelah itu si keledai menatap Nasrudin. ''Demikianlah," kata Nasrudin, "Keledaiku sudah bisa membaca."

Timur Lenk mulai menginterogasi, "Bagaimana caramu mengajari dia membaca ?"

Nasrudin berkisah, "Sesampainya di rumah, aku siapkan lembaran-lembaran besar mirip buku, dan aku sisipkan biji-biji gandum di dalamnya. Keledai itu harus belajar membalik-balik halam untuk bisa makan biji-biji gandum itu, sampai ia terlatih betul untuk membalik-balik halaman buku dengan benar."

"Tapi," tukas Timur Lenk tidak puas, "Bukankah ia tidak mengerti apa yang dibacanya ?"

Nasrudin menjawab, "Memang demikianlah cara keledai membaca: hanya membalik-balik halaman tanpa mengerti isinya. Kalau kita membuka-buka buku tanpa mengerti isinya, kita disebut setolol keledai, bukan?"

Red: Budi Raharjo
Rep: Antara

Rabu, 23 Juni 2010

Sabtu, 12 Juni 2010

MENGABDI KEPADA ALLAH, BERBAKTI KEPADA KEDUA ORANG TUA

لا تَجْعَلْ مَعَ اللَّهِ إِلَهًا آخَرَ فَتَقْعُدَ مَذْمُومًا مَخْذُولا (٢٢)وَقَضَى رَبُّكَ أَلا تَعْبُدُوا إِلا إِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا إِمَّا يَبْلُغَنَّ عِنْدَكَ الْكِبَرَ أَحَدُهُمَا أَوْ كِلاهُمَا فَلا تَقُلْ لَهُمَا أُفٍّ وَلا تَنْهَرْهُمَا وَقُلْ لَهُمَا قَوْلا كَرِيمًا (٢٣)

janganlah kamu adakan Tuhan yang lain di samping Allah, agar kamu tidak menjadi tercela dan tidak ditinggalkan (Allah).

dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. jika salah seorang di antara keduanya atau Kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, Maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya Perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka Perkataan yang mulia. (QS. Al-Isra : 22-23)

Wahai anakku, sesungguhnya Allah yang Maha Agung dan Maha Besar keagunganNya itu ada. Dialah Zat yang menciptakan kamu dalam kandungan ibumu. Dialah yang menjagamu di dalam kandungan ibumu hingga sampai ibumu melahirkanmu. Dia telah menjadikan ibumu senantiasa mendambakan kehadiranmu, kemudian ibumu yang menyusui, mendidik serta menjagamu dan ia khawatir kamu terjerumus dalam hal-hal yang akan mencelakakan dirimu.

Allah telah menjadikan ayahmu sangat menyayangimu, dengan susah payah mencari dan mengumpulkan harta benda hingga kamu menjadi dewasa dan dapat mengarungi kehidupan ini. Kamulah yang akan mewarisi segala hak milik kedua orang tuamu dengan tidak merasakan betapa payah dan beratnya kedua orang tua mendapatkan harta benda itu. Dia menjaga, menyerahkan dan menitipkan dirimu kepada suatu sekolah agar dapat merasakan serta mendapat pendidikan dan ilmu pengetahuan yang kelak dapat dijadikan pegangan dan merupakan kendali mengahadapi masa depanmu. demikian besar jasa kedua orang tua, mengahrapkan kamu menjadi orang yang dapat dibanggakan dan mulia bahkan orang yang paling berguna di masyarakat, nusa dan bangsa. Semua itu bukan lain hanyalah kasih sayang ibu dan bapakmu yang dianugerahkan Allah kepadanya

Jumat, 04 Juni 2010

4 PERKARA YANG HARUS DIPERHATIKAN


Wahai anakku, ingatlah empat perkara yang patut diperhatikan, dan empat perkara yang harus kamu jauhi. Kamu tidak akan merugi apabila kamu melaksanakannya. Sesungguhnya kekayaan yang paling kaya adalah akal; kemiskinan yang paling miskin adalah kebodohan; kebuasan yang paling buas kecongkakan; dan kemuliaan yang paling mulia adalah akhlak yang baik.

Wahai anakku, jauhkan dirimu dari persahabatan dengan orang bodoh, karena dia mungkin akan mencelakakanmu; dan jauhkan dirimu dari persahabatan dengan orang kikir, karena dia akan menghindar darimu tatkala kamu sangat membutuhkan bantuannya; jauhkan dirimu dari persahabatan dengan orang fajir, karena dia kan menggadaikanmu dengan harga yang murah; dan jauhkan dirimu dari persahabatan dengan pendusta, karena dia ibarat fatamorgana, mendekatkan yang jauh dan menjauhkan yang dekat (Nasehat Imam Ali Karromallahuwajhah kepada Al-Hasan, puteranya)

Nasehat

Selasa, 01 Juni 2010

Nasehat guruku ...


Wahai anakku, sesungguhnya kamu disisiku bagaikan anak disisi ayahnya. Aku akan bahagia jika melihatmu berbadan sehat, berpikiran cerdas, berhati suci, berakhlak mulia, menjaga sopan santun, menjauhi perkataan kotor, ramah dalam bergaul, menyayangi sesama teman, suka membantu orang-orang miskin, belas kasih kepada orang-orang lemah, suka memaafkan kesalahan dan memaklumi kekeliruan orang lain, tidak meninggalkan shalat dan tidak teledor dalam menjalankan ibadah kepada Tuhan.

Wahai anakku, apabila kamu mau menerima nasehat seseorang, maka akulah orang yang berhak engkau terima nasehatnya. Aku adalah gurumu, pengajarmu dan pendidikmu. Kamu tidak akan menemukan seorangpun yang lebih mengharapkan kemanfaatan dan kebaikan dirimu kecuali aku.

Wahai anakku, sesungguhnya aku adalah seorang penasehat yang patut kamu percaya. Karena itu, terimalah nasehat-nasehat yang kusampaikan kepadamu dan amalkanlah, baik ketika dihadapanku, teman-temanmu atau sendirian. Bila kamu tidak mengamalkan nasehat-nasehatku ketika kamu sendirian, maka kecil kemungkinannya kamu dapat mengamalkannya di kala kamu bersama teman-temanmu.

Wahai anakku, apabila kamu tidak mau menjadikan aku sebagai panutan, maka siapakan yang akan kamu ikuti ? dan untuk apa kamu memaksa dirimu berguru duduk dihadapanku ? Sesungguhnya seorang guru tidak menginginkan murid-muridnya, kecuali menjadi orang yang shaleh, berbudi baik dan dapat mewujudkan cita-citamu. Senangkah kamu bila gurumu dan pendidikmu tidak menyukaimu dan tidak mengharapkanmu menjadi orang yang baik dan berguna ?

Wahai anakku, sesungguhnya aku menginginkanmu menjadi baik. Karena itu bantulah aku menyampaikan kebaikan kepadamu dengan cara mentaati dan mengikuti nasehatku untuk berakhlak mulia. Akhlak yang mulia, wahai anakku, adalah hiasan bagi manusia, saat ketika seorang diri, bersama-sama teman, keluarga atau sanak kerabatnya. Oleh karena itu, jadilah kamu seorang yang berbudi baik, tentu orang-orang akan menghormatimu dan mencintaimu.

Wahai anakku, bila kamu tidak menghias ilmu dengan akhlak yang mulia, maka ilmumu, kepandaian dan kecerdasanmu itu akan lebih membahayakanmu daripada kebodohanmu. Sebab orang yang bodoh bisa dimaafkan karena kebodohannya. Tetapi bagi orang yang berilmu tidak akan dimaafkan oleh orang banyak, jika tidak menghiasi diri dengan budi pekerti yang baik.

Wahai anakku, janganlah kamu menggantungkan pada pengawasanku kepadamu. Karena mawas diri itu lebih baik dan lebih bermanfaat bagimu daripada pengawasanku kepadamu. Semoga Allah memberimu petunjuk dan membimbingmu pada amal kebajikan.

Wahai anakku, Rasulullah saw. bersabda, sesungguhnya Allah telah memilih agama ini untuk diriNya dan tidak ada sesuatu yang membuat pantas agama ini kecuali sikap murah hati dan budi pekerti yang baik. Karena itu hiasilah agama ini dengan sikap murah hati dan budi pekerti yang baik.